Masa Depan yang Sama Sekali Berbeda

Aku terdiam di tengah segala hal yang telah berubah
Tak mampu berkata-kata, hanya diam
Aku hanya ingin segenggam tangan
Aku hanya ingin secercah cahaya kecil menembus kabut
Aku hanya ingin dunia yang baru, dunia yang baru di sini

Hari ini, angin telah menggenggam masa depan kita
Menghembuskan nafas kehidupan
Mengajari kita hidup dengan kuat dalam dinginnya malam
Mengajari kita melupakan apa yang telah lalu

Luka lama yang terkuak kembali
Mengajari kedewasaan dari sebuah kesakitan
Aku hanya ingin segenggam tangan
Hanya ingin kehangatan sebuah mimpi
Hanya ingin mengenggam berjuta juta mimpi

Kini aku melangkah ke depan
Mengambil mimpi mimpi yang terlupakan
Hari ini, angin telah menggenggam masa depan kita
Tutup matamu, rasakan

Hari ini, angin telah menggenggam masa depan kita
Biarpun kau telah kehilangan semuanya
Aku berjanji akan berada di sampingmu
Aku berjanji akan berjalan bersamamu menghadapi semua rintangan

Suatu saat, angin itu telah berhenti berhembus
Dunia baruku tak akan sama lagi
Tetaplah bernafas, tetap di sampingmu
Apapun yang terjadi, ingatlah

Kedewasaan dari sebuah kesakitan

Hikayat SIGMA CLASSIC dan Gunung Berapi

ini kutulis berbulan-bulan lalu, buat tugas geografi (bikin miniatur gunung berapi) 😀
genre : alay alay remaja
nikmati :p

Sebermula di negeri Antah Berantah, nun jauh di ufuk barat, di lereng gunung hijau nan tenang dan tinggi menjulang gagah perkasa, tersebutlah sebuah kota kecil nan ramai bernama Sigma Classic. Kota elok nan subur makmur jaya sentosa ini bertengger di lereng gunung hijau nan rindang bernama Senam (Sepuluh Enam ^o^).
Arkian, Kota ini dipimpin oleh kanselir muda nan seksi dan bijaksana called Sang Madam Yang Dipertuan Nyai Raden Ajeng Elisa. Kanselir muda ini dibantu oleh seorang blasteran Cina-Jerman-Nigeria-Jawa bergelar Sang Maha Patih Duke of Sigmanian KϋnfZhen alias Kuncen. Kota kecil nan aman damai ini sedang berada dalam krisis moral yang membuat sang pujangga dan penulis syair ternama namun congkak, yaitu Syah Bandar Yulfa menjadi galau dan dilemma.
Hatta, kota ini sedang dalam kondisi moneter yang kacau. Geng mafia pajak yang dipimpin oleh Moci Alwan TambunAn yang dibantu oleh gerombolan teroris pimpinan Dr. Rizal Auuu..ooo.. telah mengacak-acak kedamaian dan ketentraman kota kecil nan teduh ini. Sang Menteri Keuangan Lady Praisy SuPi’I telah mengaudit keuangan hasil pajak dan bea cukai. Beliaunya menemukan bahwa Moci Tambun dan sang Menteri Pencatat Negara Iqbal Chaki telah berhutang banyak pada Negara. Hal ini membuatnya pusing sehingga ia melapor pada kepala polisi wanita Brigjen Mayor 5 Tumiara E, yang terkenal sebagai polisi wanita yang alay lebay dan rempong. Sang Brigjen Tumi, bingung lantaran si tersangka adalah pujaan hatinya. Dirinya lantas pergi ke Konsultan Mamah Zorro Fatul. Sayangnya sang Mamah sedang update status. So, Mamah comes late. Tumi terbakar emosi dan langsung meluncur menuju hakim agung Angga Aboot. Sang hakim lantas memanggil Moci Tambun untuk diinterogasi. Lantaran sedikitnya bukti, Sang mafia Moci Tambun bebas dari tuntutan.
Syahdan, bebasnya Moci membuatnya semakin menjadi-jadi. Usaha jamu dan jualan mie milik Asin Acintya digulung tikar dengan paksa oleh gerombolan Moci. Sang nenek Jesica Jema Magdalena terkena serangan jantung dan asma secara mendadak lantaran ulah Moci. Namun, ketika si nenek di bawa menuju tabib wanita pilihan Mbak Alma, si nenek tua ini terus berkata “Sudah makan dulu sana, ada mie nenek special tuh!”. Asin Acintya kemudian berlari menuju kuil milik guru spiritualnya (baca:dukun) yang bernama SanSan Logaritma. SanSan yg sdh mengetahui masalah, problem, dan dilemma yang dialami Asin Acintya kemudian menghitung kemungkinan yang akan terjadi dengan rumus logika matematika, logaritma, serta dibumbui sedikit aljabar. SanSan kemudian menuju altar dan memohon pada Pelindung Sigma, yaitu Pak Kusnadi untuk turun tangan. Pak Kusnadi lalu menulis surat pada Gubernur Bawah Tanah Aldriyan Dicky untuk bertindak menghukum Gerombolan Si Berat(Moci&Rijal). Sang gubernur kemudian mengutus Tukang Pos Teladan 1675, Anisa Anyis Fitriani untuk pergi ke Istana Magmar milik Ratu Nadyaz. Sang Ratu sedang memfoto-foto peliharaanya. Mendengar hal ini, sang Ratu mulai terbakar emosi. Apalagi kedua musuh kesayangannya yang terlibat. Emosi sang Ratu Magmar kian menggebu. Apa yang akan terjadi kemudian?
Syahdan, Emosi Ratu NAdyaz membangunkan gunung Senam yang telah lama tertidur. Magma simpanan sang Ratu akhirnya dikeluarkan oleh Penjaga Pintu Magma Ledib. Magma dalam perut gunug Senam didorong keluar oleh gas bertekanan tinggi yang dihembuskan Ledib. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Suhu yang cukup untuk mengempeskan Moci dan menggelmbungkan Rijal. Ketika magma melewati tempat tinggal Rere si tukang batu, dia menitipkan batu pesanan rakyat Sigma pada magma. Sayangnya, sebagian batu tersebut hancur jadi abu karena suhu magma yang tinggi.
Getaran emosi Ratu Nadyaz sampailah pada kota Sigma Classic yang kena getahnya. Suhu kota naik. Peri Mata Air Faw, tidak mau mengalirkan airnya. Alasannya lebih enak dibuat berendam daripada dibuang ke kota. Rakyat jadi kekeringan. Ratu Dunia Tumbuhan, Ratu Wulan tidak mampu mencegah anak didiknya untuk tidak layu. Ratu Dunia Fauna, Ratu Gita, memerintahkan budak-budaknya (Mamot,berang-berang,serigala,Shaun the Sheep dan trenggiling) untuk mengkoordinasi migrasi besar-besaran. Ana sang penabuh gendering memukul terompah ajaibnya menandakan akan adanya perang. Ana mengira ternak Ratu Gita akan pergi berperang. Akibatnya, timbul suara gemuruh yang tak tertanggungkan. Gemuruh membangunkan Yessi, sang putrid tidur dan membuatnya menggeliat hebat dan berakibat adanya gempa kecil.
Kanselir muda nan semlohai memanggil ahli geologi Prof.Dr. Hartito Welcome dan guru spiritual SanSan. Hartito mengatakan bahwa ada ‘Sesuatuk’ yang sedang terjadi. SanSan yang tengah bertelepati dengan media trigonometri mengetahui bahwa Ratu Nadyaz sedang marah besar.
Di sudut kota, Asin dan neneknya tengah berada dalam keadaan kalut lagi karena usaha Biskuit Oreo Eskrim rasa Jaruknya digulung lagi oleh Moci. Melihat Asin menangis nenek Jema menghiburnya dengan berkata “Sudah makan dulu sana, ada mie nenek special tuh!”Tangisan Asin didengar Lady Jula. Lady Jula lalu berusaha membujuk Ratu Nadyaz agar membantu Asin dengan mengirimkan parfum berlabel Fumarol, Sulfator, dan Mofet melalui kawah gunung… Parfum2 itu bergabung dengan Gas Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dihembuskan Ledib dan dapat membahayakan manusia.
Di sisi kota yang lain, Detektif Udik AiNakNun tengah meminta bantuan pada Menteri Perekonomian Lady Jahe Zaenab untuk pergi menyelidiki apa yang tengah terjadi. Lady Zaenab mengucurkan dana untuk penyelidikan sekaligus mengurus paspor untuk AiNakNun. AiNakNun kemudian menemui Mnetrei Administrasi Lady Tika AKW untuk mengambil paspornya. Setelah semua urusan selesai, AiNakNun mulai mendaki gunung Senam.
Sesampainya di puncak, AiNakNun terkejut sekaligus terkesima melihat cairan kental berpijar sedang berada di mulut kawah, siap meluncur. AiNakNun tersadar dan kemudian berteriak-teriak hingga membahana ke seluruh persada. Anisa Anyis Fitriani yang mendengar langsung menghampiri AiNakNun dan lantas memasukkannya dalam kantong pos berisi surat dan paket yang akan ia kirim ke kota. Di kota, Anyis tidak mengirimkan suratnya tapi malah berteriak tunggang langgang, memperingatkan bencana gunung berapi. Anyis kemudian membawa kantong berisi AiNakNun ke dalam sumur tempat tinggal Peri Faw. Semua warga Sigma berkumpul di ruang bawah tanah Puri milik Lady Praisy untuk mengungsi karena peringatan Anyis. Sayangnya, Moci dan Rijal tidak mengacuhkan mereka dan malah narsis di depan toko biscuit rasa jaruk milik Asin yang mereka gulung tikar-kan. Apa yang akan mereka alami kemudian? Kita lihat saja! Jengjeng ^^
Lava keluar dari perut bumi dengan kisaran suhu 700-1.200 °C. Letusan gunung Senam membawa batu dan abu yang dititipkan Rere si tukang batu sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya membanjir sampai radius 90 km. Lava encer mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental membeku dekat dengan kawah. Lava yang membeku membentuk bermacam-macam batuan.
Di lereng, hutan kekuasaan Ratu Plantae terbakar. Ratu Wulan bersembunyi di gua kapurnya ditemani Ratu Animalia(Gita) dan Shaun the Sheep. Lahar yang merupakan campuran lava dengan batuan, air, dan material lainnya menerjang kawasan kota hingga hancur lebur tak berbentuk. Moci dan Rijal yang sedang narsis ikut diterjang lahar. Sayangnya mereka berdua selamat akibat Jimat Ikan Cupang yang mereka miliki. Moci dan Rijal berenang menuju bukit yang terdekat. Mereka menyaksikan daerah sekitar hancur digulung lahar, diterjang batuan, dan dibakar lava pijar. Petaka mereka baru dimulai. Material abu halus berjatuhan dari langit layaknya hujan. Jimat mereka pantang tersentuh abu. Khasiatnya hilang. Moci dan Rijal diserang sesak napas dadakan. Tubuh mereka lemas.
Di kejauhan, tampak awan menggulung. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Bukit Moci dan Rijal ditelan awan panas dan memusnahkan nyawa mereka. Sang Penguasa Kematian, Hario, mengutus dayang terbaiknya, Uul Urwatul untuk mengikat arwah Moci dan Rijal dan menyeret mereka menuju Alam-Bawah-yang-Lembap-dan-Bau. Di TKP, Uul Urwatul bertemu dengan Vena, dayang Ratu Nadyaz. Uul Urwatul kemudian mengikat arwah Moci dan Rijal yang bertengkar saling menyalahkan dan menyeret mereka menuju tempat yang layak. Sedangkan Vena, membawa jasad Moci dan Rijal yang diawetkan abu vulkanis hingga seperti patung menuju Istana Magmar.
Beberapa hari kemudian, penduduk Sigma Classic kembali dari pengungsian. Mereka membangun kembali kota mereka dipimpin Kanselir Elisa dan MahaPatih Kuncen. Asin dan neneknya banting setir membangun usaha jualan kaset Ayu TingTing. Uang korupsi Moci dan Rijal dikembalikan oleh Ratu Nadyaz. Hujan uang dari langit! Dayang Vena menghamburkan uang dari langit.
Di hutan, Peri Faw membuka bendungannya karena mulai ditempati berang-berang. Ratu Wulan membangunkan para plantaes, anak didiknya dengan sihir humus. Ratu Gita mengutus Shaun untuk memanggil sanak saudaranya kembali ke habitat aslinya.
Sigma Classic kembali menjadi Kota elok nan subur makmur jaya sentosa!!
Di Alam-Bawah-yang-Lembap-dan-Bau yang dikuasai Lord Hario. Moci dan Rijal bertengkar saling menyalahkan. Mereka begitu sejak diinterogasi pertanyaan pertama dari Lord Hario pada 144 hari yang lalu. Dayang Uul yang tidak tahan mutasi ke Istana Magmar milik Ratu Nadyaz.
Di sana suasana lebih tenteram. Penjaga Pintu Magma, Ledib. Sudah mengunci pintu yang dijaganya. Rere si tukang batu sudah tentram bekerja seperti biasa. Patung Moci dan Rijal berada di pintu gudang logistic. Dayang Vena bercerita bahwa awal mulanya patung jelek nan buram itu berada di taman Ratu Nadyaz bersama hewan-hewan miliknya. Namun, semua hewan takut terhadap patung cecunguk itu. Ratu Nadyaz yang bijaksana memerintahkan patung dipindah ke gudang logistic. Hasilnya? Jumlah tikus menyusut hingga 98%. Tikusnya pada takut ! Hihihihih  Dayang Uul dan Dayang Vena akhirnya hidup bahagia bersama Ratu Nadyaz. Sedangkan Lord Hario sengsara dan hamper tuli mendengar pertengkaran Moci-Rijal.
Sigma Classic? Jangan Tanya! Masih elok nan subur makmur jaya sentosa!! Still Magic Class!!
Kanselir Elisa? Masih seksi semlohai dan lemah gemulai dongs! Gosipnya, si kanselir lagi jatuh cinta sama seseorang dari Timur-Tengah!!
Akakakak 😀
~the END~

(Not) A Short Story : Sebuah Ilusi part 2

Malam itu, aku kembali terjaga oleh mimpi yang sama, seorang gadis membelakangiku dengan denting pianonya yang menyayat hati. Rambut panjangnya yang bergelombang berkibar ditiup angin. Ku amati sekali lagi dari ujung rambut bergelombang itu hingga ujung kakinya yang dibungkus sepatu putih yang indah sekali. Gadis ini memang sangat mirip dengan Sally jika dilihat dari belakang. Namun, mimpi itu kubuang jauh-jauh dulu karena ujian kenaikan semester akan segera datang menjelang.
Keesokan harinya, matahari menyembunyikan dirinya di balik bukit. Aku berencana untuk meminjam diktat kuliah milik Sally. Aku meraih handphone Blackberry-ku dan mengirim pesan pendek untuk Sally.
”Sally, aku nanti pinjem diktat-mu, ya. Aku ke rumahmu jam 7 tepat.” ketikku dalam handphone. Segera kupencet tombol ’SEND’ dan sms ku terkirim.
Suara adzan yang berkumandang dari menara-menara masjid dan musholla menggema ke seantero kota yang kacau ini. Pergantian waktu semakin terasa ketika matahari kembali ke peraduannya di balik cakrawala. Aku pun bersiap-siap pergi menuju masjid Baitul Hikmah di dekat rumahku. Sesampainya di depan masjid, ternyata masih banyak pedagang yang bergumul dengan para pembelinya untuk memerah sisa uang mereka hari ini. Mereka seperti tidak menghiraukan kewajiban dan kebutuhan spiritual mereka. Mereka hanya mementingkan kebutuhan jasmani dan bahkan tidak mengingat bahwa ada kehidupan setelah mati nanti. Aku melangkah menuju ruang wudhu dan merendam kakiku dalam kolam yang disediakan. Sesudah mengambil wudhu, aku langsung masuk ke dalam areal masjid dan turut dalam sholat berjamaah yang sudah dimulai oleh sang imam. Sholat pun dimulai dan aku berusaha melakukannya dengan khusyuk. Namun, godaan dari suara serta wangi makanan dari para penjual di pelataran masjid menggoda setiap urat syarafku. Konsentrasiku pun mulai terpecah.
”Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” sang imam mengucapkan salam terakhir tanda berakhirnya sholat berjamaah.
Sholatku tadi boleh dibilang tidak khusyuk karena godaan para pedagang serta pertemuanku dengan Sally malam nanti.
”Kenapa aku harus mikirin Sally?” runtukku.
Aku segera pulang dan berganti pakaian. Aku mengenakan kaos oblong bewarna hijau dan celana jeans yang biasa. Segera aku memacu motorku dan meluncur menuju rumah Sally. Kehidupan kota di malam hari tak lebih baik dengan yang kulihat tadi pagi. Segerombol pengamen cilik berjajar di emperan sebuah toko. Gerombolan yang lain tersebar di pinggiran jalan. Mereka menghibur diri mereka sendiri atas sebuah kenyataan hidup yang memaksa mereka bekerja di usia yang sangat belia. Sungguh miris hati ini melihat kehidupan jalanan kota di malam hari.
Tak dirasa, aku pun sampai dirumah besar yang berpagar tinggi. Inilah rumah Sally. Walaupun orangtuanya kaya, Sally tidak pernah merasa congkak. Kudengar dari Nia bahwa orangtua Sally adalah pengusaha di bidang telekomunikasi yang sukses. Beliau adalah pemilik salah satu provider terkemuka di negeri ini. Pribadi Sally yang rendah hati berbanding terbalik dengan pribadi Nia yang angkuh. Nia selalu memakai perhiasan yang berlebihan. Pakaiannya pun terkesan terlalu mewah untuk ukuran seorang mahasiswa.
Aku memencet tombol bel di gerbang rumah Sally. Suara bel berdering dari dalam rumah Sally. Gerbang dibuka dan muncullah seorang wanita yang mungkin pembantu di rumah Sally.
”Ada perlu apa, Mas?” tanyanya.
”Saya ada perlu dengan Sally.” jawabku.
”Oh, ada perlu sama Mbak Sally? Silahkan masuk, Mas. Duduk dulu, saya panggilkan Mbak Sally. Tunggu sebentar, ya.” kata wanita itu.
Tak lama kemudian, Sally berjalan menuju ruang tamu tempatku menunggu. Astaga, cantik sekali Sally malam ini. Entah kenapa, Sally terlihat sangat anggun malam ini. Keanggunannya membuat jantungku berdegup kencang dan ada perasaan aneh yang diliputi getaran-getaran aneh pula.
”Apa ini?” pikirku.
”Ada apa, Ren?” tanya Sally kepadaku.
”Mmm… Aku mau pinjem diktat biologi molekuler-mu.” jawabku sambil tersipu malu.
”Haha.. Jangan tersenyum begitu. Kelihatannya seperti kamu mengejekku. Kamu tadi pinjam apa? Diktat biologi molekuler? Waduh, kalau yang itu lagi dibawa Nia. Catatanku aja, ya. Lengkap kok.” ujarnya sambil tersenyum manis sekali.
Sally kemudian meninggalkan ruang tamu menuju ke dalam rumah. Aku melihat-lihat keadaan rumah Sally yang megah ini. Di sudut ruangan terdapat guci besar yang sangat antik. Sofa yang aku duduki sekarang juga sangat empuk dan mewah. Interior dalam rumahnya pun sangat megah bagaikan kastil di negeri dongeng.
Pembantu Sally memasuki ruang tamu sambil membawa minuman.
”Ini jus jeruk, Mas. Silahkan diminum.” katanya.
”Kok sepi, Bi?” tanyaku kemudian.
”Tuan sama Nyonya lagi ke luar negeri. Ke Singapura kalau tidak salah. Ada urusan bisnis katanya. Sudah ya, Mas. Bibi mau ngepel di belakang dulu.” pamitnya.
”Iya, Bi. Makasih minumnya.”
Meskipun kehidupannya mewah dan kaya raya, kelihatannya Sally memang kesepian. Seperti burung yang hidup di sangkar emas sepanjang hidupnya.
”Kenapa kamu melamun, Ren? Nanti kesambet, loh.” kata Sally yang sudah membawa buku catatannya.
”Eh, iya. Hehe..” jawabku sambil nyengir.
”Ini bukunya.” kata Sally sambil menyodorkan bukunya.
”Iya, makasih ya. Sudah dulu, aku mau pamit pulang. Besok atau lusa aku kembalikan di kampus.” pamitku sambil tersenyum.
***
Sesampainya di rumah, aku membuka catatan Sally dan menyalin beberapa bagian yang terlewat sewaktu pelajaran. Sally memang sangat rajin. Catatannya lengkap dan rapi. Tinggal catatan kemarin yang terlewat. Catatan yang ini terletak di bagian paling belakang buku catatan Sally. Aku membukanya terlalu jauh dan kutemukan secarik puisi di dalamnya. Dasar aku yang iseng, kubaca puisi itu dan kutemukan namaku di dalamnya.

Walau tak dibasahi hujan, namun kesannya menyegarkan…
Walau tak seindah bulan purnama, namun cahaya redupnya berikan pelita…
Tak akan pernah bisa kubaca apa makna semua ini…
Aku hanya mampu merebak dengan nuraniku sendiri…

Dalam cinta maya haruskah ku hapuskan getar cinta yang semakin kurasa…
Dalam batas sadar aku benar-benar leluasa mencintaimu dalam pikirku…
Bolehkah panggilan nurani berubah menjadi kasih yang tak kan pernah putus,
Seperti sungai yang takkan pernah putus hingga bermuara ke lautan lepas…
Keinginan yang ada, berbeda dengan apa yang kudapat…
Walau hanya sebuah ilusi aku tak kan pernah kehilangan cintamu…
Biar bersama bayangmu kutemani sepi…
Hingga flamboyan yang dulu indah gugur satu per satu…
Tapi bukan oleh air mata…
Tapi karna hati ini terluka…
Dengan cinta yang tak pasti…
Rendy sebenrnya aku menyukaimu…
Akan tetapi engkau milik sahabatku…

Aku tertegun dan terharu setelah membacanya.
”Ah, Sally. Kamu pandai juga menyimpan perasaan.” pikirku.
Kutambahkan tulisan tanganku dibawah puisinya.
”Sally, jika kita berjodoh, Semoga Tuhan akan mempersatukan kita dan menganugerahkan lebih dari sebuah ilusi kepada kita.”

Kububuhkan tandatanganku di bawahnya.

”Rendy D.S”

***
Hari-hari berlalu begitu saja. Tanpa kekasih di sampingku. Aku lebih memilih untuk melajang dan membiarkan diriku tidak diikat oleh ikatan apapun. Kejadian setelah aku mengembalikan diktat Sally adalah aku menyatakan cintaku dan menceritakan mimpi-mimpiku selama ini padanya. Namun, Sally menepis cintaku demi persahabatannya dengan Nia. Aku berusaha menjadi tegar, seperti Sally yang mengorbankan cintanya demi Nia. Aku putus dengan Nia karena cinta yang dipaksakan kurasa tidak baik. Sekarang, aku menjalani hidupku sendiri dengan bahagia. Menanti jodoh yang disiapkan Tuhan untukku. Menanti wanita yang lahir dari tulang rusukku. Menanti cinta sejatiku. Seperti kata pepatah ”Kalau jodoh tak lari kemana”. Aku percaya pepatah itu. Biarkan cinta sejati yang menemukan jalannya. Bukan cinta yang dipaksakan seperti aku dan Nia selama ini. Biarkan cintaku dan Sally berakhir seperti sebuah ilusi.

Movie : Knowing


Knowing itu sebenernya film lama sih. Sekitar 2009 munculnya. Tapi gara-gara kemarin habis nobar nih film dan ga ada inspirasi buat nulis sesuatu di blog tercinta ini (ciee :* ), makanya aku tulis sesuatu tentang film ini. Okeh? Check this one out !

Berbekal DVD pinjaman dari Fau (yang dipinjam dari Canur) kami setengah kelas berpetualang menuju rumah Rere. Di sana kami nonton dua film (Knowing dan PPP). Knowing adalah film bergenre fiksi ilmiah dan dibintangi Nicholas Cage, Rose Bryne, dll. Film yang rilis tahun 2009 ini bercerita tentang ramalan-ramalan yang jitu.

Awal cerita, bersetting pada tahun 1959, seorang siswi SD bernama Lucinda Embry mendengar suara berbisik dan menulis angka angka acak dalam kertas yang dimasukkan ke dalam kapsul waktu. Kapsul waktu ini rencananya akan dibuka 50 tahun selanjutnya. 50 tahun kemudian, kapsul waktu dibuka dan semua murid di bekas sekolah Lucinda diberi masing-masing satu kertas berisi gambar yang dibuat ‘kakak’ kelas mereka. Terkecuali Caleb Koestler, dia mendapat kertas yang penuh dengan angka milik Lucinda. Sesampainya dirumah, sang ayah , Jonathan Koestler, berusaha memecahkan kode-kode angka dari Lucinda Embry dan mendapati bahwa angka-angka tersebut berisi bencana dan kejadian mengerikan selama 50 tahun terakhir beserta korbannya. Sebagai contoh 911012996 berarti pada 11 September 2001 akan terjadi bencana yang membunuh 2996 jiwa. Ternyata, 3 ramalan terakhir belum terjadi akan segera menjelang. Malam itu juga, Caleb ditemui oleh lelaki misterius yang memberinya batu hitam kecil dan memperlihatkan masa depan bumi yang dilalap api.

John kemudian menemui anak Lucinda, Diana untuk meminta bantuan. Sayangnya, Diana menolaknya dan membawa Abby, anaknya meninggalkan John. Beberapa hari kemudian, ramalan Lucinda menjadi kenyataan ketika sebuah pesawat terbang jatuh dan jumlah korban yang diprediksi juga tepat. Diana akhirnya percaya apa yang dikatakan John dan bersedia membantunya. Dia juga berkata bahwa ibunya sering mendengar suara-suara dan pernah berkata bahwa 19 Oktober adalah hari dimana Diana akan meninggal.

Misi selanjutnya adalah menemukan rumah mobil Lucinda. Di rummah mobil Lucinda mereka menemukan sebuah gambar dan batu-batu yang sama dengan milik Caleb. Di sana, Diana menyadari bahwa angka 33 di akhir ramalan bukanlah jumlah korban melainkan huruf EE yang ditulis terbalik. John mengira EE adalah inisial seseorang yang dikenal Lucinda, tapi akhirnya dia tahu bahwa EE yang dimaksud adalah Everyone Else (Semua Orang). Di luar, para orang aneh mengajak Abby dan Caleb untuk ikut dengan mereka agar selamat. Namun, mereka tidak mau.

Keesokan harinya, John pergi menuju laboratorium MIT untuk melihat apa yang akan terjadi dengan matahari pada 19 Oktober. John melakukan ini karena Abby telah menggambar sesuatu seperti di rumah Lucinda dan bekrkata “The Sun…” Ternyata akan terjadi badai matahari yang akan menyerang bumi dan membuatnya tak bisa lagi ditinggali makhluk hidup. Diana meminta mereka bersembunyi di gua. Awalnya John setuju tapi dia ingin mencari tahu kode selanjutnya yang menunjukkan tempat yang aman bagi mereka. Diana yang tidak sabar membawa anak-anak ke gua tanpa John. Saat John menyadari bahwa tempat yang aman itu adalah rumah Lucinda, Diana sudah pergi dan membawa anak-anaknya.


Diana berhenti di pom bensin. Lalu, para orang aneh mengendarai mobil DIana dan membawa anak-anak kabur. Diana yang panik mengejar dengan mobil seseorang yang diparkir dan melaju sangat kencang dan tertabrak oleh truk. John menemukan Diana ketika dia hampir mati pada 18 Oktober. Ramalan Lucinda terbukti karena Diana meninggal pada 19 Oktober pukul 00.00, John kemudian menuju ke rumah Lucinda dan menemukan jalan yang dipenuhi batu-batu hitam. Sebuah kapal mendarat dan akan membawa Caleb dan Abby serta sepasang kelinci. Ketika Joohn akan memasuki kapal, seorang alien melarangnya dan berkata bahwa hanya anak-anak yang boleh ikut karena hanya mereka yang mendengarkan panggilan. John kemudian berkata pada Caleb dengan bahasa isyarat “You are in my heart. We always together. Forever”

Kapal meninggalkan Bumi dan pagi harinya, seluruh bumi hancur diterjang badai matahari. John bersatu bersama keluarganya ketika bumi hancur. Sedangkan Caleb dan Abby dibawa ke planet lain yang seperti bumi. Mereka hidup bahagia.

Unforgettable Year

My Unforgettable Moments with them are, when :

-dance cover Heavy Rotation
-corat coret papan tulis, disemprot Pi dan Mbak Alma
-nunggak kas
-duduk di tribun pas MM, ngetawain Jesica
-UTS bersama Angga dan Alwan
-ngeles bareng Rizal
-pushup pas Pramuka
-buat gunung di rumah Diaz
-menyapa Bu Fat bersama Wulan,Jula,Ana,Fau,Nisa dipimpin oleh Nadya
-pulang malem bareng Alwan
-foto bareng model (Fau dan Gita)
-jualan es oyen keliling pas bazaar
-jingkrak-jingkrak di saf paling depan AKW with Zae dan Ana
-menghadapi gosip cinlok
-berburu batu di rumah Acin
-menerobos hujan di kelas lama
-dikerjain Gita dan Muti waktu ultah
-terpilih jadi anggota KOSMA
-lari paling belakang pas test lari 2.4km
-mbulet sebelum bantara
-sport jantung tiap sabtu
-mbolos Guiding bersama Jula, V, Muti
-dihasut ikut PMR oleh Wulan
-nyontek PR tiap pagi
-berdandan gotik waktu AKW
-nyanyi “i see the moon” sama “merrily, merrily” bareng Pak Sigit
-menghadapi tatapan mencela bersama
-bikin krepekan di papan tulis pas UTS
-insiden Jula dan Ban ngglundung
-ketinggalan angkot bareng Fau,Sandra,Anisa,Dicky
-nonton Insidious, How to Train YOur Dragon, The Adventures of Tintin
-perkenalan
-membuat patung bersama Acin dengan bantuan Mbak Uul
-nyari SKU rame-rame
-ngerjain Pak Wawan
-makan bersama di kantin
-celotehan Tito
-jayusnya Jesica
-jailnya Alwan
-logat dan gejenya Zae
-membakar ruang seni bersama Alma, Uul, Anisa, Zoro
-kepedesan gara gara racun
-mengocok bangku
-juara 3 desain batik (Rere, Ana)
-juara 3 desain maskot (Elisa )
-juara 1 cerdas cermat tik (Dicky, Ve, Tito)
-nyorakin Yesie dan Alwan pas MM
-menang suporter terbaik
-buka bersama 🙂
-renang bersama
-ke rumah Pak WW
-Polo X6_Gila
-pertama bertemu kalian dan berasa minder
-hidup seperti Larry bersama Rizal, Alwan, dan Yulfa
-jadi danton!
-tahun ini, tahun bersama kalian

dedicated to : SIGMA CLASSIC (X6) 2011/2012

Untukmu, Aku ~…

Berkeliaran tanpa arah..
Mencari dan menuju jawaban dan panggilan..
Hatiku mengering..
Gersang..
Angin malam menerjang..
Dingin..

Takdir memang tak kenal ampun..
Seterjal apapun..
Perpisahan..
Aku akan bertahan..
Berteriak..

Jika aku mati untukmu..
Tak akan ada yang menyesalinya..
Itu janji?
Percayalah pada mimpimu..
Teruskan hidupmu..

Doakan aku..
Jika semuanya, bahkan tubuhku hancur..
Menghilang..

Doakan aku..
Jika aku lenyap..
Jika kau sepi sendiri, lupakan pertemuan ini..

Pada fajar aku meratap..
Pada matahari aku mengembara..
Aku akan menjalani hidupku sendiri..
Memulai lagi dari awal..
Dunia yang sekarang..

“Jika kamu mati untukku..
Tak akan ada yang menyesalinya..
Itu bukan janji
Percayalah pada mimpimu..
Teruskan hidupmu..” ucapmu

Kamu berharga lebih dari apapun.. (Aitakatta-JKT48)

Unnoticed Story~


Rasanya mengagumkan sekali..
Menatap senyuman langit yang semanis senyumanmu..
Menatap awan Cirrus yang berserakan bagai kapas di langit..
Mengagumkan sekali..

Rasanya penuh cahaya terang..
Menatap bulan dan bintang malam ini..
Berharap wajah teduhmu menyelimuti malam kelam..
Bercahaya..

Rasanya lembut sekali..
Belaian tanganmu bagaikan sutra..
Selembut kasih yang meluap dari hati..
Lembut sekali..

Namun, hanya hitam di langit yang kutatap..
Hanya bulan dan bintang, bukan dirimu..
Hanya dingin malam, bukan tanganmu..
Hanya aku berdiri sendiri di sini..
Termangu..

Ingin sekali bertemu..
Tidak hanya menunggu..

Hanya janjimu untuk bertemu yang menemaniku..
Aku hanya ingin melepas rindu, bukan semakin merindu..
Menyulam rindu dalam hati yang semakin sesak..
Menyelami lautan dalam kehidupan tanpamu..

Kembalilah ke sini..