Hujan dalam Air mata

Tetesan air hujan di kaca

Merembes ke dalam hati

Apa yang bisa kulihat

Di antara kabut di luar sana

 

Kata hati yang berbeda

Dan saling mencela

Tenggelam dan terbuang

Dalam lembah kepedihan

 

Kebodohan dan kehampaan

Terulang dalam hitungan

Mengapa semua terjadi lagi?

Dan salah?

 

Di balik langit dan mendung yang gelap

Tersembunyi birunya kehidupan

Kehidupan manusia akan selalu berubah

 

Kata hati yang memanggil

Nama seseorang

Dengan penuh kesadaran

Untuk hidup sendiri

 

Air mata dimulai dari air hujan

Semua dalam makna tersirat

 

Dimanapun hujan turun

Semangatku perlahan padam

Hanya berharap sesuatu

Namun aku kalah oleh hujan

 

Dimanapun air mata mengalir

Meski terluka, tetaplah bermimpi

Dan menunggu birunya kehidupan

Selamanya

言葉 と 気持ち~

Masa lalu adalah sebuah mimpi

Mimpi adalah rangkaian ilusi

Masa lalu, yang sudah aku lupa

Lamakah berlalu?

 

Ilusi yang terangkai menjadi sebuah tanya

Bagaimanakah musim semi berganti?

Dan perasaan yang ditinggalkannya

Terasa sangat dekat

Sepertinya tanya akan terus mengalir

Dan perasaan akan terus terbagi

 

Perkataan adalah teman baik

Tetapi tak selalu baik

Perkataan tidaklah memiliki

Hubungan yang dekat

 

Sebuah takdir ketika

Musim semi berlalu bersama semua

Hanya saja perasaan

Ketika ia berhenti bertanya

Akan terhapus dengan sendirinya

 

Masa depan adalah sebuah harapan

Harapan dari sebuah perkataan

 

Dalam hidup yang singkat ini,

Apakah perkataan dapat menyampaikan perasaan?

The Invisible Words~

Tidaklah menjadi hal yang berat

Ketika sebuah kisah mencapai akhir

Terlalu dipaksakan

 

Masa lalu yang terenggut

Selalu lebih cerah

Tetapi hanya semu belaka

 

Sebelum kata demi kata mengalir

Meski sebuah senyum mengembang

Setiap orang yang lupa akan cinta

Bagaikan nyawa yang tercerabut dari masa

 

Tidaklah sebutir kesedihan mampu

Terbit dan tenggelam

Menyelami hari hari di masa lalu

 

Dan kata kata juga tak mampu

 

Bahkan seluruh dunia tak ada yang tersisa

Buatku dan diriku sendiri

Bahkan seluruh dunia tak ada yang kutemui

Hanya sebuah bulir cinta

Yang dulu di sini

Dan kini pergi

 

Yang tak terlihat

Seakan kau mengetahuinya

Padahal ini tak sama

Kau tak seharusnya disini

Seakan kau penting baginya

Semua hal

Membuatku tertawa

Sebuah mimpi dan sebuah khayalan

Karena kau dan aku berbeda

 

Yang tak terlihat

Seakan kau mencintainya

Terlalu dipaksakan

Bahkan aku tak lagi ingat

Semua yang tersisa

Waktu berlalu

Bahkan bila aku ingat

Aku tak bisa apa apa

 

Apakah kata kata bisa kulihat?

(Mungkin) : Sebilah Isi Hati

Aku jatuh terduduk dan tak ingin kembali
Selain memanggil namamu
Apa lagi yang harus aku lakukan?
Nama siapa yang harus kupanggil?

Hanya diriku sendiri yang bisa mengetahuinya
Namun mengingatnya melukai jiwa rapuhku
Membagi kesakitan bukanlah hal yang tepat
Dan aku tak lagi bisa apa apa

Perasaan ini adalah angin kesengsaraan
Yang meniup diriku hingga tak mampu bertahan
Dengan tubuhku yang meringkih perlahan
Dirimulah yang akan kuselamatkan dari terpaan

Hanya diriku sendiri yang bisa hidup darinya
Dengan kekuatan yang lebih mampu bertahan
Kekuatan ini kekuatan takdir yang tak bisa kubantah

Aku mungkin bisa menaklukkan apapun
Kecuali hatimu yang mendingin
Sedikit demi sedikit ku pecahkan
Kebekuan di jiwamu

Aku mungkin bisa menggenggam tanganmu
Dan ikut mengalir bersama berlalunya waktu
Sedikit demi sedikit kita menyatu
Semakin dekat kedua hati kita bertaut

Untuk menyembuhkan kedukaanmu
Izinkan aku bernafas bersamamu
Percaya bersama
Bahwa angin itu akan tiada

Jiwa dan Kehilangan (jilid I)

Aku tak kan pernah lagi mengingat isi hatimu
Hanya ada rasa sakit bersemayam di sana
Ku menutup mata ini
Melupakan semua tentang kamu dan hatimu

Perjalanan hidup yang kau buat lebih jauh
Meskipun kau bilang itu tak mengapa
Tetapi aku tak bisa memahami
Mengapa air mata ini perlahan turun?

Mulut ini juga kini terkunci
Oleh ucapan manis yang dulu selalu terdengar
Hanya akan berjalan lagi
Sendiri di jalanan kehidupan yang malang

Dalam hutan perasaan kini aku kebingungan
Aku tersesat bagaikan di alam yang tak ku kenal
Di mana hatiku dulu pernah kau ambil?

Kebesaran jiwa tanpa sadar mulai tumbuh
Tanpa merubah takdir sang waktu
Dalam bayangan gelap yang ku rasa menyiksa
Dia tumbuh bukan karena keterpaksaan
Kehilangan membuatnya tersadar akan kedewasaan

Kebenaran dalam jiwa mulai bersinar
Dalam hati yang bertabur serpih bintang
Sekeras apapun perpisahan menerjang
Kesakitanku tak akan pernah lagi terlihat

Tak akan pernah terbayang lagi
Senyuman yang naif itu

That ends here.