The Lonely Pale Moon-

Kehangatan dan perasaan manis itu,
Masih disini,
Entah mengapa tak mau pergi

Kerinduan
Seperti bulan pucat yang membasuhku
Dengan warna warna sendu
Tanpa sambutan tangan yang terbuka

Aku tetap menunggu,
Walaupun aku tahu tak seorangpun
Dari mereka yang akan datang

Aku tak akan kemana-mana
Tetap menunggu waktu itu mengalir
Menunggu dinding itu mengelupas
Menunggu keringnya air mata

Akhir cerita yang tak lengkap
Mengapa dihapus oleh hembusan angin?
Betapa singkatnya.

Kau tahu apa yang tak bisa kulakukan
Meneguk kenangan yang masih segar dalam ingatan
Hanya mimpi yang kutelan
Dan ia mencekikku

Kau tahu,
dia masih membara di hati.

Perpisahan akan terus membayang
Aku akan terus dalam kehilangan
Aku akan terus dalam kedinginan
Mengharap kehangatan
Mengharap seseorang datang dan duduk di sampingku
Seperti waktu itu.

Aku pulang ke titik nadirku
Tak bisa temukan kepingan kecil yang hilang
Tak bisa menikmati hidupku tanpanya
Dan akhirnya aku kembali sendiri
Dalam kehampaan dan kesepian

Walau aku tahu bagaimana memadamkan asa
Aku tak akan mencobanya
Bunga kehidupan harus tetap merekah
Sekalipun dalam badai, sekalipun ditengah gurun tandus

Bulan yang pucat akan membasuh bunga itu
Dengan warna sendu,
Malam ini.

P u r a – P u r a ♥

Kau terus berpura-pura
dan terus hidup dalam kepura-puraan
Hanya satu kebenaran di akhir cerita ini
Hanya sebuah kesedihan yang kau tinggalkan

Kegelapan merengkuhku
Dalam pekatnya gelap malam
Kita berpisah
Dan tinggal aku sendiri

Besok akan kumulai hari seperti biasa
Menyambut pagi dengan senyuman
Tapi mengingat kita tak lagi bersama
Dadaku terasa sesak

Keramaian datang mendesakku
Kau tak akan pernah lagi datang memelukku
Seperti waktu itu

Meskipun aku pergi menjauh darimu
Aku tak bisa menjauh dari kesedihan
Apakah kau juga terluka?

Kini aku berpura-pura ceria,
Berpura-pura percaya bahwa kau akan kembali
I still love you, even now
Aku ingin kau tahu kepura-puraan ini
Hingga waktu kita berpisah
Aku ingin kisah ini menjadi kisah indah,
Aku ingin mengenangnya walau sebentar saja

Kini, biarlah dunia tahu
Kebohongan dan kepura-puraan kita

Kini, biarlah aku mencintaimu sebentar saja
Sebelum kita berpisah

HP-related fanfic : ROMIONE ♥LOVE STORY♥

Fanfic ini aku copas dari blog lamaku.
Kisah ini bercerita tentang dilema yang dialami Ron dan Hermione selepas masa ‘ababil’ mereka.
Enjoy 🙂

***

Seorang wanita muda berambut coklat lebat tengah keluar dari rumah keluarga Granger di London. Dia adalah Miss Hermione Granger. Angin musim gugur yang dingin menghembus wajahnya dan membuat rambut ikalnya tertiup kebelakang. Kurasa hari ini akan dingin sekali, pikir Miss Granger. Ia merapatkan mantel leher tingginya dan menenteng tas kerjanya. Dia berjalan menuju trotoar dan melanjutkan perjalanannya menuju tempat kerjanya. Tak lama kemudian, ketika jalan sudah benar-benar sepi, Miss Granger menghilang dari trotoar secara tiba-tiba. Dia ber-Apparate -memindahkan diri secara sihir-.
***
Bermil-mil jauhnya, di balik bar kecil -Leaky Cauldron-, Ronald Weasley sedang memasang poster produk baru di toko yang sangatlah semarak, Weasleys’ Wizard Wheezes. Memandang poster produk baru -Bekas Luka Potter- membuatnya mengingat tahun-tahunnya di Hogwarts bersama kedua sahabatnya, Harry Potter dan Hermione Granger. Harry sering bertemu dengannya karena Harry telah menikahi adiknya, Ginny. Sedangkan Hermione, telah menjadi pacarnya selama bertahun-tahun ini. Hermione sekarang bekerja di Kementerian Sihir, di Departemen Pengaturan dan Pengawasan Makhluk Gaib untuk memperjuangkan impian masa lalunya. Pikiran Ron berbalik di ruang rekreasi Gryffindor, Hermione membawa lencana-lencana bertuliskan S.P.E.W (Society for the Promotion of Elfish Welfare-Perkumpulan untuk Peningkatan Kesejahteraan Peri-Rumah) dan mengangkatnya sebagai bendahara yang bertugas mengumpulkan uang amal mereka dan menerangkan tujuan mereka.
“Tujuan jangka pendek kita adalah untuk mengupayakan gaji dan kondisi kerja memadai untuk peri-rumah. Tujuan jangka panjang kita termasuk mengubah undang-undang tentang larangan penggunaan tongkat sihir, dan mengusahakan ada perirumah yang duduk di Departemen Pengaturan dan Pengawasan Makhluk Gaib, karena mereka sangat kurang terwakili.” suara melengking Hermione kembali terngiang.
Ron sudah sangat ingin menyusul Harry dan Ginny, berjalan menuju pelaminan bersama Hermione yang memakai gaun sutra putih, dengan tiara ibunya -warisan dari Bibi Muriel- hinggap berkilauan di atas rambut ikal coklat lebat milik Hermione.
Tapi siapa kau? Harry Potter seorang auror, ingat? Dan kau? cuma seorang manajer toko lelucon, bisik suara kecil yang terdengar di sisi kiri kepalanya. Aku Ronald Weasley, sahabat terbaik Harry Potter, yang sudah membantunya bertahun-tahun, apa kurangnya?, bisik suara lain dari sisi kanan kepalanya.Pikirkan, Hermione Granger adalah pegawai tinggi di Kementerian. Maukah dia menikahi pegawai tokolelucon?, bisik suara di kepala kirinya.
“Ron! Sarapanmu sudah siap, George tak mau manajernya pingsan ketika bekerja.” kata seorang wanita di ambang pintu toko. Dia Angelina Weasley (Johnson).
“Oh Angelina, kukira George lebih suka adik lelakinya mati kelaparan daripada manajernya yang brilian pingsan ketika bekerja.” kata Ron sambil berjalan menuju bagian belakang toko.
“Pagi, Ron! Pagi, My Angel!” sapa George sambil mengecup dahi Angelina.
Untuk beberapa detik, Ron sempat membayangkan dirinya sebagai George dan Hermione menempati tempat Angelina sekarang. Tetapi lamunannya buyar ketika George memanggilnya.
“Ron, kau tak akan percaya siapa yang datang berkunjung sepagi ini!” kata George dari bagian depan toko.
Ron menghampiri George dan Angelina, mengintip dari etalase. Seorang penyihir kekar berkulit hitam terlihat di balik benda-benda yang berputar,mencuat, mengeluarkan cahaya, melompat, dan menjerit. Dia sedang berjalan mendekati toko mereka. Pertanyaan pertama Ron pada George yang sedang bergandengan dengan Angelina di teras toko.
“Untuk apa Menteri Shacklebolt ke sini? Beli Nogat Mimisan?”

***
Hermione Granger ber-Apparate di gang sunyi dan kosong. Angin musim gugur kembali bertiup dengan sedikit kencang. Mantel leher tingginya semakin rapat mengelilingi leher jenjangnya. Muggle-muggle yang berkeliaran di trotoar menatapnya ketika dia berjalan melewati toko bunga kecil. Dia menatap seorang wanita berambut cokelat yang lehernya seperti dicekik pada kaca toko elektronik. Hermione melonggarkan ikatan lehernya. Rasanya melegakan.
“Mantel yang bagus, Hermione,” sapa pria berkacamata yang muncul dari balik gang di sebelah teater kecil yang sudah ditutup. Harry Potter mengeluarkan selembar foto bergerak dari dalam tas kerjanya. “Foto pernikahan kami, sudah jadi.”
Hermione memandang foto duabelas orang yang berpakaian serba-indah tersenyum padanya. Di bagian tengah, Harry berdampingan dengan Ginny yang memakai tiara berkilauan di atas rambut merahnya. Di sebelah Ginny, dia sendiri tersenyum lebar ke arah kamera, di samping pria jangkung berambut merah. Ron. Dadanya sesak karena gembira menatap Ron. Entah kenapa, rasa sesak kegembiraan itu mendesak otaknya untuk membayangkan Ron dan dialah yang berada di bagian tengah foto. Harry tiba-tiba menjadi lebih tinggi, berambut merah tanpa kacamata. Dan Ginny berubah berambut coklat lebat.
“Kau sehat, Hermione?” tanya Harry.
“Oh, tentu saja, Harry. Bagaimana dengan Ginny? Apakah Harpies akan menerimanya kembali setelah menikah?” cerocos Hermione.
“Well, dia sudah mengundurkan diri dari Harpies. Surat balasan Harpies datang pagi ini. Mereka bilang Ginny adalah ‘chaser terbaik selama 12 tahun ini’. Daily Prophet memintanya menulis tentang Quidditch untuk mereka. Kau tadi kenapa? Wajahmu aneh.” kata Harry sambil menyeberang jalan di depan mereka.
“Mungkin mantra Lamunan Paten.” kata Hermione terkikik.
“Kau membicarakan Ron?” bisik Harry.
“Mungkin. Sampai jumpa.” kata Hermione seraya melambai dan menuju ke pegangan hitam bertuliskan WANITA.
“Sampai jumpa,” kata Harry balas melambai dan menuju sisi lain yang bertuliskan PRIA.
Hermione berjalan tertunduk. Separuh wanita disana menyapanya. “Pagi, Miss Granger!” “Hai, Granger!” “Halo, Hermione!”. Suara-suara itu sangatlah dekat dan bergaung di ruangan yang tak terlalu besar itu. Tetapi suara lain terdengar lebih nyaring. Bukan suara wanita, suara itu dalam dan berkata “Ouch—ow—gerroff! Apa—? ermyknee—ow!”. Itu suara Ron. Harry benar, dia memikirkan Ron. Tapi ini bukan karena Mantra Lamunan Paten, ini karena sesuatu dalam hati Hermione. Ini keinginan, keinginan suatu saat nanti dia kembali di sini dia akan disapa “Pagi, Madam Weasley!” atau “Hai, Nyonya Weasley!”.
Tanpa sepengetahuan Hermione, tinta emas menulis sesuatu di hatinya. Ronald Bilius Weasley sudah tertera sebagai pemilik hati Hermione Jean Granger. Pada saat yang bersamaan, tinta emas menulis nama Hermione Jean Granger di hati Ronald Bilius Weasley.

***

“Pagi, Pak Menteri! Ada yang bisa kami bantu?” sapa George dengan senyumnya yang jail.
“Pagi, George! Maaf aku tak dapat menghadiri pernikahanmu dengan Angelina. Ada urusan dengan Kementerian Sihir Norwegia. Goblin bermasalah mereka lari ke sini.” terang Menteri Shacklebolt.
“Yeah, Perce sudah bercerita banyak tentang Anda. Dia tak akan percaya atasannya yang dia hormati pergi ke toko lelucon untuk membeli Kotak Makanan Pembolos.” kata George diikuti tawaan ketiga orang di teras toko Weasleys’ Wizard Wheezes.
“Kakakmu sangat antusias. Aku bertanya-tanya berapa kali seminggu dia bertemu dengan Audrey. Dia jarang pulang. Produk barumu inovatif, George.” kata Shacklebolt melirik etalase sebelah kanan.
“Bekas Luka Potter. 60 Sickle. Terasa sakit sejam sekali dan kalian akan melihat pria tak berhidung di depan kalian. Mau beli satu, Pak Menteri? Untuk variasi, mungkin? Diskon khusus untuk Anda.” kata George sambil nyengir.
“Well, sebenarnya aku mencari Mr Weasley.” tukas Shacklebolt.
“Aku Mr Weasley, Sir.” kata George.
“Maksudku Ronald Weasley.” jelas Shacklebolt.
“Ada apa Pak Menteri?” kata Ron dari balik etalase sebelah kiri.
“Jenggot Merlin!! Aku perlu bicara empat mata denganmu, Ronald. Kau punya tempat tertutup, George?” tanya Shacklebolt.
“Gudang penyimpanan ada di loteng, Pak Menteri. Silahkan pakai. Tapi jangan coba sentuh benda dalam kardus ungu!” kata George.
“Kuantar, Pak Menteri.” kata Ron sambil berjalan menuju tangga menuju loteng tempat penyimpanan.
Sesampainya di loteng, Ron mengambil tempat duduk di atas kardus ungu besar.
“Kau-”
“Anda seperti tak mengerti selera humor George. Kardus ini cuma berisi botol-botol Ramuan-Metamorphagy-Cepat-Pakai. Kami dapat pesanan dari Departemen Auror untuk penyamaran.” tukas Ron. Membicarakan Kementerian mengingatkannya pada Hermione. Saat inilah tinta emas menuliskan Hermione Jean Granger di atas hati Ron tanpa ia sadari.
“Auror.” gumam Shacklebolt sambil membuka tas kerjanya dan perkamen berstempel huruf ‘M’ besar tergulung membuka.
“Baca ini, Ronald.” kata Shacklebolt sambil mengarahkan surat itu pada Ron.
Ron membaca dengan cepat. Rupanya ini surat pernyataan sang Menteri. Ron masih heran buat apa menteri memamerkan surat pernyataan. Sesampainya di bagian bawah, Ron menyadari ini surat pengangkatan auror baru tahun ini. Apa ini? tanya Ron dalam hati. Dadanya seperti bertukar tempat dengan perutnya. Daftar nama auror baru terlampir di baliknya. Perkamen membalik secara otomatis. Ron menelusuri nama-nama penyihir yang tertulis di perkamen itu. Ronald Weasley tertulis dengan jelas pada urutan atas.
“Kau sudah mulai bekerja besok pagi, Ron. Jam sembilan. Temui Wakil-Sementara Kepala Kantor Auror. Lantai Satu. Sampai jumpa besok!” kata Shacklebolt seraya berputar memunggungi Ron menuju pintu gudang.
“Bolehkan saya mengetahui nama orang yang akan saya temui, Sir?” tanya Ron. “Agar lebih mudah mencari.”
“Aku heran kau tidak mengenalinya. Dia sahabatmu dan juga adik iparmu.” kata Shacklebolt.
Mungkinkah dia …? pikir Ron.
“Namanya Mr Harry Potter, Ronald. Temui Mr Potter di Lantai Satu jam sembilan pagi.” kata Menteri.
“Baik, Sir.” kata Ron.
Kingsley Shacklebolt berjalan keluar. Ron menggumam “Hermione, aku akan menikahimu.”

***
Hermione Granger berjalan keluar dari lift menuju kantornya. Sekretarisnya, Serena Kettleburn mengatakan bahwa ia harus segera menandatangani Perjanjian Penyihir-Peri-Rumah sebelum jam setengah sepuluh dan pukul sepuluh ia harus memberikan penjelasan pada Menteri Shacklebolt tentang Undang-Undang Kesejahteraan Peri-Rumah yang baru.
Hermione membuka pintu kayu menuju kantornya. Serena langsung menyongsongnya.
“Miss Granger, saya baru mendapat burung hantu dari seseorang bernama Scamander. Beliau berharap bisa bertemu anda sebelum matahari terbenam. Dalam suratnya, beliau berkata bahwa beliau telah menemukan sekitar 20 spesies satwa sihir baru dan akan mendaftarkannya sebagai hak paten.” kata Serena.
“Kuserahkan jadwalku padamu, Kettleburn. Aku menunggu laporan Populasi Peri-Rumah terbaru tahun ini dari Mr Ytterly. Bisakah kau menghampirinya dan memintakannya untukku?” kata Hermione sambil menuju ke dalam ruangannya.
“Baik, Miss Granger.” kata Kettleburn.
Jam dinding di ruangan Hermione menunjukkan pukul sembilan dua puluh. Perjanjian Penyihir-Peri-Rumah sudah disiapkan di atas mejanya. Sekitar tigabelas tandatangan sudah tertera di atasnya. Hermione mencoretkan namanya dia atas perkamen itu dan menggenapinya menjadi empat belas.
Hermione tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menarik laci mejanya keluar dan mengambil pigura berukir yang kosong. Tangannya yang lain meraba tas cokelatnya, mengeluarkan foto yang baru diberikan Harry tadi. Ia teringat Ron lagi. Rasa gugup Hermione membayangkan presentasinya di hadapan Menteri Shacklebolt menguap seketika tergantikan wajah-wajah laki-laki berambut merah, berhidung panjang, dengan wajah berbintik-bintik. Wajah-wajah dari orang yang sama dalam usia berbeda. Wajah-wajah dari Ron Weasley.

***
Sinar keemasan matahari musim gugur menembus jendela loteng teratas The Burrow. Ron Weasley terbangun dan menatap jam kecil di mejanya. Pukul delapan kurang seperempat. Ron mandi dan berganti baju. Memakai jubah baru yang dia beli di Madam Malkin’s bulan lalu, hasil gajinya dari Weasleys’ Wizard Wheezes. Jubah satin berwarna cokelat yang identik dengan warna rambut Hermione. Beberapa jam lagi dia dilantik menjadi auror dan beberapa hari lagi ia akan menikahi Hermione. Jantung Ron melonjak-lonjak saking gembiranya.
Ron turun ke bawah. Rumahnya tidak terlalu ramai sekarang. Bill dan George tinggal di rumah mereka masing-masing. Sedangkan Ginny, sudah tinggal di rumah keluarga Potter, Grimmauld Place 12, London. Hanya tersisa dia, Audrey –istri Percy-, Mr Arthur, dan Mrs Molly Weasley. Rupanya Percy tidak pulang tadi malam. Ayahnya sedang membaca Daily Prophet sedangkan Audrey dan Mrs Weasley sedang menyiapkan sarapan.
“Kau sudah rapi, Ron. Mau kemana?” tanya Audrey.
“Ke Kementerian. Ada panggilan penting. Mereka memintaku jadi Auror.” Kata Ron.
“Auror? Kau menjadi auror, Ron?” tanya Mrs Weasley terkagum.
“Yeah, Mum. Dad, bisakah pergi kesini sebentar?” kata Ron. “Dan Audrey, bisakah kau duduk juga?”
Keempat Weasley duduk di meja makan.
“Ada apa, Ron?” tanya Mr Weasley.
“Aku sudah memutuskan. Aku tak mau menjadi bujangan seperti Charlie.” kata Ron setelah mengunyah pai ayamnya.
“Maksudmu, kau ingin menikah?” tanya Mrs Weasley.
“Siapa pilihanmu, Ron? Apakah si Verity, pegawaimu di toko?” tanya Audrey.
“Aku tidak suka wanita itu. Dia terlalu banyak meminum produk baru George.” kata Mr Weasley.
“Aku… Pilihanku…-er-…Setujukah kalian jika aku melamar Hermione Granger?”
Mrs Weasley dan Audrey terpekik gembira. Mr Weasley melepas kacamata dan mengelus kepala botaknya.
“Apa? Hermione? Gadis cantik berambut cokelat?” tanya Audrey bersemangat.
“Hermione Granger yang pintar itu, Audrey. Pegawai Kementerian.” kata Mrs Weasley
“Kapan rencanamu melamarnya?” tanya Mr Weasley.
“Secepatnya.” kata Ron. “Pukul delapan tiga puluh. Aku akan berangkat. Doakan aku.”
“Good luck”

***
Hermione keluar dari kantor Menteri. Semua staff dan Menteri sendiri sudah setuju dan Undang-Undang akan mulai disosialisasikan bulan depan. Tujuan jangka panjang S.P.E.W. sudah tercapai. Pikirannya melayang ke masa lalu, masa-masa sekolahnya di Hogwarts. Semua orang menyangsikannya. Salah satunya Ron.
“Hermione… buka telingamu,” kata Ron keras-keras. “Mereka. Menyukainya. Mereka suka diperbudak!”
Hermione terkikik pelan dan akan menagih Ron untuk ucapannya itu. Hermione tak pernah membayangkan beberapa hari lagi hidupnya akan berubah, namanya akan berubah.
Serena Kettleburn berlari di koridor memanggilnya.
“Miss Granger! Madam Scamander sudah datang. Beliau menunggu di kantor Anda.”
“Madam? Dia perempuan? Kukira Pak Tua Newt Scamander, penulis Hewan-Hewan Fantastis dan Dimana Mereka Bisa Ditemukan.”
“Katanya dia cucu menantunya.” kata Kettleburn sambil membuka pintu kayu menuju kantor Hermione.
Di kursi tamu, duduk seorang wanita dengan rambut pirang yang familiar.
“Senang bertemu Anda lagi, Miss Granger!” sapanya dengan suara khas yang Hermione kenal sebagi suara …
“Luna!” kata Hermione tiba-tiba.
Luna Lovegood sudah mengganti nama belakangnya menjadi Scamander setelah menikah dengan Rolf Scamander.
“Madam Scamander. Aku membawa beberapa temuanku kesini, Hermione. Heran juga, kau masih memakai nama Granger.” lanjutnya.
“Maksudmu? Namaku memang Granger, kan? Hermione Granger.” kata Hermione heran dengan tingkah Luna.
“Dengar. Kau tahu namaku kan? Luna Lovegood? Bukan. Luna Scamander sekarang. Karena suamiku Rolf Scamander. Kukira namamu sudah berubah jadi Hermione Weasley karena menikah dengan Ronald Weasley.” kata Luna.
Pipi Hermione merona merah jambu. Mauku begitu, pikirnya.
Pembicaraan beralih ke laporan Luna. Luna lebih aktif berbicara, menerangkan duapuluh spesies baru, cara hidup, dan segala sesuatu mengenai mereka. Ternyata setelah diselidiki bersama antara Luna, Hermione, Kettleburn, dan salah satu bawahan Hermione yang kebetulan disitu, Mr. Ytterly, terungkap bahwa sembilan spesies merupakan temuan lama. Yang mengejutkan dari sebelas temuan baru Luna, tak ada satupun bernama Snorckack Tanduk-Kisut, Nargle, Blibbering Humdinger, maupun Wrackspurt.
Hermione tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh, semacam merasakan adanya sesuatu yang berharga di sekitar sini. Tanpa ia tahu, Ron Weasley berada di tempat yang sama. Hanya berjarak beberapa meter darinya.

***
Ron sudah selesai dengan perekrutan anggota auror baru tahun ini. Pelatihannya dimulai bulan depan. Ron juga sudah berbicara dengan Harry tentang lamarannya pada Hermione. Harry menyarankan agar Ron segera melamar Hermione, karena ia merupakan gadis populer. Pintar, dan cantik. Harry tak ingin kesempatan Ron menguap hilang begitu saja karena orang semacam Viktor Krum, dan Cormac McLaggen. Harry juga mengingatkan Ron bahwa McLaggen juga bekerja di Kementerian.
Ron menggenggam kotak merah kecil di saku jubahnya. Dia akan mengajak Hermione jalan-jalan sejenak lalu … melamarnya.

***
Hermione dan Ron berjalan di Hogsmeade. Mentari senja di sini begitu indah. Menara-menara Hogwarts terlihat seperti penjaga bagi kastil bersejarah terbesar itu. Butterbeer tergenggam di tangan masing-masing. Di sini, di Three Broomsticks, Ron dan Hermione berhadapan. Ron mengeluarkan kotak merah kecil dari sakunya.
“Hermione, maukah kau menikah denganku?” kata Ron sambil membuka kotak kecil itu.
Hermione terperangah. Ron melamarnya! Hermione tak bisa berkata apa-apa saking senangnya. Dia membuka mulutnya tapi tak ada yang keluar dari mulutnya. Satu hal agar Ron tahu jawabannya.
Hermione mencium Ron. Kotak cincin Ron terjatuh. Hermione mencium Ron seakan tak akan melepasnya. Pintu berderit terbuka dan diiringi tepuk tangan. Ron melihat keluarga Weasley, beserta Harry dan Ginny masuk.
“Kuanggap itu tadi jawaban, ya!” bisik Ron seraya menyematkan cincin ke jari manis Hermione.

***
Pekarangan The Burrow sekarang berdiri tenda pernikahan besar, dan tinggi menjulang. Bulan sabit bersinar keperakan di atas langit. Anak-anak kecil keluarga Weasley berlarian di luar tenda. Tenda sudah dipenuhi tamu-tamu dan diterangi gemerlap lampu.
Dengung obrolan para tamu berhenti ketika Mr dan Mrs Weasley berjalan di atas karpet merah. Keduanya memakai jubah merah menyala sesuai dengan rambut mereka. Keduanya tersenyum ramah dan melambaikan tangan, menyapa setiap tamu yang terlihat.
Ron dan Harry berdiri di depan memakai jubah pesta cokelat ringan milik Ron dan merah-bata untuk Harry, keduanya dengan dasi keemasan. Seluruh hadirin sepenuhnya diam ketika musik harpa dimainkan oleh boneka-boneka peri yang digantung di atas tenda.
Dari pintu masuk, berjalanlah Mr dan Mrs Granger berseri, tersipu, serta terkagum-kagum dengan pernikahan anak tunggalnya itu. Pernikahan yang unik, menurut mereka. Keduanya memakai jas dan gaun (bukan jubah) berwarna lembayung muda. Di belakang mereka Hermione memakai gaun sutra putih bersih. Tiara tua milik Mrs Weasley berkilau di atas rambut cokelat Hermione yang ditata rapi. Dua gadis kecil berjalan dengan anggun di belakang Hermione, Victoire Weasley dan Hestia Granger, sepupu jauh Hermione. Keduanya memakai gaun keperakan. Sesampainya Hermione di depan, Ron menggamit tangan Hermione naik ke atas. Victoire dan Hestia saling pandang dan kemudian terkikik.
“Tuan dan Nyonya!” kata seorang lelaki tua dengan rambut tipis tetapi berjenggot keperakan yang lebat. “Hari ini kita berkumpul untuk menyaksikan bersatunya dua jiwa yang berbeda…”

“Apakah kau, Ronald Bilius, menerima Hermione Jean, sebagai …”

“…kunyatakan kalian sebagai suami istri!”

Mrs Granger dan Mrs Weasley menangis dalam pelukan. Mr Granger menatap anak gadisnya dengan berkaca-kaca, sama seperti Mr Weasley.
Ketika semua hadirin menangis terharu, Ron berbicara di telinga Hermione, “Aku sebenarnya sudah lama ingin seperti ini, tetapi aku bukan siapa-siapa. Tidak seperti Krum atau McLaggen.”
“Kau berani menikahiku karena sekarang kau menjadi seorang auror?” tanya Hermione.
Ron mengangguk.
“Ron, dengar. Biarpun kau kondektur Bus Ksatria, asal kau tetap Ronald Weasley, aku akan tetap mencintaimu.”
Dan Ron mencium Hermione sebagai tanda cinta.

HP-related Fanfic ~ Cho Chang : Summer Breeze

Ini sebenernya fanfic lamaku yg belum sempat di-post.
Cerita ini mengisahkan Cho Chang – gadis pertama yang dipacari dan dicium Harry- setelah mereka berdua putus. Dalam fanfic ini sangat ditonjolkan sisi cengeng dan sensitif dari seorang Cho Chang selepas kepergian Harry. Okay, guys, read this one loudly 😀 !

***

“Aku putus dengan Harry.” kata Cho Chang pada teman disebelahnya.
“A-Apa? K-Ke-Kenapa Cho?” kata gadis berambut keriting di sebelah Cho tanpa mendongakkan kepalanya.
“Yeah, well, dia suka memuji-muji si Hermione Granger di depanku. Kau tahu perasaanku ‘kan, Marietta?”
Marietta berjengit mendengar nama Hermione Granger. Dialah penyebab Marietta berwajah seperti saat ini. Kutil-kutil kecil bercokol di wajah Marietta membentuk kata ‘SNEAK’-pengadu- dan kini ia membuat Cho putus dengan pacarnya, Harry Potter.
Cho ingin menangis mengingat Harry. Mengingat pertemuan pertama mereka dua tahun lalu, ketika Ravenclaw berhadapan dengan Gryffindor dalam Piala Quidditch. Mengingat bagaimana Harry mengajaknya ke Pesta Dansa tahun lalu, serta kenangannya ketika melewatkan waktu bersama Harry.
Entah kenapa, Cho merasakan hal yang aneh. Dia kehilangan pacarnya, Cedric Diggory, tahun lalu. Dia meninggal. Tetapi perasaan kehilangan yang dirasakan Cho saat ini lebih dalam. Padahal Harry masih hidup, dia di sini, di Hogwarts. Cho bisa melihatnya kapan saja dan mereka bisa kembali menjalin hubungan mereka lagi. Sedangkan Cedric, dia meninggal dan takkan kembali ke dunia. Cho tak akan pernah melihatnya lagi, kecuali dalam mimpi. Apakah ini berarti Cho lebih mencintai Harry daripada Cedric?
Dada Cho sesak. Ia ingin tidur.
“Marietta, aku ingin tidur. Kau mau ikut?” kata Cho seraya berdiri dari kursi.
Marietta bangkit dan mereka berdua berjalan menaiki tangga menara Ravenclaw menuju kamar mereka. Mereka berdua berbaring di ranjang masing-masing. Melepas beban dan penat yang telah ditanggung seharian ini. Terlintas pertengkaran Cho dan Harry dalam benak seorang Cho Chang. Ketika ia berlari sambil marah meninggalkan Harry.Dada Cho semakin sesak. Marietta menggumamkan selamat malam.
“Selamat malam, Marietta. Hari yang melelahkan.” kata Cho.
Melelahkan bukan kata yang tepat. Seharusnya ia menggunakan kata menyebalkan atau menyedihkan tadi.
***
Cho keluar dari kelas Mantra yang dikelola oleh Profesor Flitwick. Dia berjalan beriringan dengan empat temannya yang lain. Tujuan mereka lantai satu. Tepatnya kelas Transfigurasi dengan Profesor McGonagall, kepala asrama Gryffindor. Gryffindor mengingatkannya pada Harry lagi. Batinnya terpuruk dalam sekali setelah kejadian hari kemarin. Rasanya seperti menjadi Myrtle Merana.
“Hei Cho!” panggil Padma Patil seraya melambaikan tangan pada Cho dan membiarkan saudar kembarnya, Parvati, berlalu meninggalkannya.
“Ada apa, Padma?” tanya Cho malas-malasan.
“Aku dengar dari Parvati. Kau putus dengan Harry Potter?” tanya Padma. Matanya membulat sebesar dop roda.
“Ya.” jawab Cho dengan sangat singkat. Raut mukanya kusut.
“Aku turut bersedih, Cho. Aku yakin kau dan Harry adalah pasangan yang serasi. Tapi mungkin ini memang yang terbaik untuk kalian berdua.” bisik Padma lirih.
“Maaf. Aku terlambat. Profesor McGonagall menungguku.” kata Cho seraya berjalan tertunduk meninggalkan Padma.
“Baiklah.” gumam Padma sambil menatap punggung Cho.
Mata Cho memerah dan wajahnya memucat. Ini yang terbaik? Tidak, pikir Cho. Semua menganggap itu hal terbaik. Hal itu pula yang mereka katakan ketika Cedric tiada.
“Cho? Kau tak apa-apa?” tanya salah satu temannya.
“Tak apa.” jawab Cho sambil mengucek matanya yang terasa penuh.
“Apakah ini masalahmu dengan Potter?” tanya temannya yang lain.
Cho baru membuka mulutnya untuk menjawab ketika seorang gadis menyapanya.
“Hai Cho!” Hermione Granger ternyata.
Cho diam membisu.
“Dia menyapamu, Cho.” kata temannya.
“Oh ya. Halo!” sapa Cho lesu.
Hermione Granger berjalan meninggalkan mereka dengan wajah penuh tanda tanya. Hati Cho terasa membengkak karena sesuatu hal yang tidak pernah ia pahami sebelumnya. Mungkinkah ini rasa cemburu?
“Kau terlihat sangat merana, Cho.” kata Marietta.
Benarkah ia merana? Mengapa ia merana sedangkan Hermione Granger terlihat begitu ceria?
“Selamat pagi, anak-anak.” kata suara tegas Profesor McGonagall membuyarkan lamunan Cho.
***
Profesor Snape memberikan tugas esai tentang penangkal racun sepanjang sembilan belas inci. Cho belum mengerjakan sama sekali. Sehingga ia memilih pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi. Cho harus berjalan sendiri karena Marietta tak mau pergi berjalan-jalan dengan gugusan kutil di wajahnya.
Ketika ia memasuki perpustakaan, Madam Pince sedang mencap setumpuk tinggi buku yang dipinjam seorang anak Hufflepuff yang berambut pirang panjang dan berwajah merah. Dia mengenalnya sebagai anggota LD. Dia Hannah Abott dan dia sedang tampak kalut.
LD kembali mengingatkannya pada Harry. Harry talah membuatnya gugup ketika latihan. Harry telah mengajarinya merapal mantra Patronus-nya yang berbentuk angsa. Dan sebelum liburan lalu, Harry menciumnya di bawah mistletoe dan Cho berkata padanya bahwa Cho sangat menyukainya.
Cho mengalihkan pikirannya dengan berjalan mencari buku tentang Penangkal Racun di beberapa rak. Cho belum menemukan apa yang ia perlukan. Ia terus berjalan melewati rak-rak yang tinggi. Berjarak sekitar lima meter di depannya, Harry Potter sedang berbicara dengan seorang gadis berambut panjang berwarna merah menyala. Cho yakin itu Harry. Belakang kepalanya menunjukkan rambut yang tak bisa rapi dan kacamatanya yang bundar. Si gadis memperlihatkan wajahnya dari samping. Cho pernah melihatnya. Dia Ginny Weasley, seeker baru Gryffindor. Bagaimana mungkin Harry begitu cepat melupakannya dan berkencan dengan dua gadis secepat itu? Sedangkan Cho, Cho masih sering menangisinya. Di mana-mana ia menangis. Di kamar mandi, di tempat tidur, di ruang rekreasi, bahkan ia kemarin menangis tertelungkup di kelas Profesor Binns! Ginny Weasley terlihat memberikan sesuatu pada Harry. Hadiah jadian mereka, pikir Cho.
Tiba-tiba Cho merasa ingin menyalin esai Marietta.
***
Hari ini tim Quidditch Ravenclaw akan bertanding melawan Gryffindor. Cho bersyukur Harry tak lagi main sebagai seeker. Jadi, Cho tak perlu sering-sering menatap Harry. Satu-satunya kendala adalah Ginny Weasley yang akan bermain sebagai seeker. Dia tak mungkin bisa bersikap biasa ketika melawan pacar baru Harry. Ginny Weasley kini menjadi rivalnya dalam segala hal. Baik dalam Quidditch maupun dalam percintaan.
Cho berjalan menyeberangi halaman sambil membawa Komet 260-nya. Harry berdiri sambil berbicara dengan temannya sekaligus kakak Ginny, Ron Weasley. Cho bertekad tidak memandangnya. Dia tetap berjalan dengan tatapan lurus ke depan.
“…Davies…Chang…” Lee Jordan menyebutkan satu persatu pemain Quidditch Ravenclaw. Cho merasakan angin meniup ke arahnya dengan sepoi-sepoi. Rambutnya yang hitam berkilau terkibas ke belakang. Dia melihat Harry Potter memperhatikannya dari tribun Gryffindor paling atas, bersama Hermione Granger. Apa ini? Dia sudah berkencan dengan Ginny Weasley dan kini kembali duduk berdua dengan Hermione Granger? pikir Cho.
Cho memalingkan muka dari tribun Gryffindor dan berpaling pada Roger Davies, membicarakan strategi mereka.
Pertandingan dimulai dan keempatbelas pemain melesat ke angkasa. Cho dan Ginny berada di ketinggian paling atas, bergerak mencari Snitch. Roger sedang memegang Quaffle setelah melewati dua Chaser Gryffindor dan kini ia melewati chaser Gryffindor lain bernama Spinnet. Di depan gawang ia berhadapan dengan kiper Gryffindor, Ron Weasley. Quaffle masuk dengan mudah dan Ravenclaw memimpin poin. Cho meninju udara, senang melihat Ginny Weasley merana. Lagu ‘Weasley Raja Kami’ terdengar sayup-sayup dari tribun Slytherin. Satu-satunya yang ingin dilihatnya kali ini adalah ekspresi Harry. Cho menatap tribun Gryffindor yang ditempati Harry. Kosong. Dia dan Hermione Granger telah pergi. Mungkin lebih baik mereka menghabiskan waktu berdua saja untuk bermesraan daripada melihat Gryffindor kalah.
Ravenclaw kembali memegang Quaffle. Kini oleh chaser Bradley. Bradley mengincar gawang kiri kelihatannya. Tapi, Ron Weasley bergerak sebaliknya dan Quaffle menjauh dari gawang Gryffindor. Cho mengerang. Kini Chambers yang membawa Quaffle dan akan mencetak skor untuk Ravenclaw lagi. Tapi Ron kembali memblokirnya.
Cho lupa ia harus mencari Snitch sebelum Ginny Weasley mendapatkannya. Baru saja Cho berpaling, sebentuk tangan telah berada tepat dibawah hidungnya. Tangan itu menggenggam bola kecil bersayap yang meronta-ronta. Cho melihat wajah si pemilik tangan, ternyata Ginny Weasley. Dia kalah dari Ginny Weasley. Baik dalam hal Quidditch, maupun percintaan.
Rasanya Cho ingin teriak ketika Madam Hooch mengumumkan “GRYFFINDOR MENANG!” Rasanya marah sekali sampai ia ingin meledak. Matanya penuh lagi oleh airmata. Roger mengajak mereka turun dan Cho melemparkan -tepatnya membanting- sapunya karena marah setibanya di tanah.
Dia kalah dari Ginny. Dalam hal apapun.
***
Michael Corner berlari menjauhi Cho di ruang rekreasi. Dia baru saja mengajak Cho berkencan pada kunjungan Hogsmeade berikutnya. Michael baru saja putus dengan Ginny Weasley. Cho tidak menanyakan sebabnya, tapi mungkin Michael tahu bahwa Ginny telah bertukar sesuatu dengan Harry di perpustakaan.
Mungkin Michael bisa menghentikan air mata Cho yang terus bercucuran karena cintanya pada Harry. Harry telah membuka pintu hatinya sepeninggal Cedric. Harry juga yang telah menghancurkannya. Tapi kini ada Michael, yang mungkin akan kembali membuka hati Cho dan menebarkan bunga-bunga di pelataran hatinya. Mungkin Michael bisa memperkuat tiang-tiang hati milik Cho dengan kata-kata manis.
Tetapi kemungkinan terburuk itu tetap ada, pikir Cho. Mungkin saja Michael malah menginjak-injak pelataran hati Cho dengan kebencian-kebencian yang berduri tajam atau mungkin ia akan merobohkan tiang hati Cho dengan pertengakaran hebat.
Mimpikan hal-hal yang indah, Cho.
***
Musim panas datang dan saatnya pula untuk berlibur. Semua siswa pulang menaiki Hogwarts Express. Musim panas terasa lebih hangat dengan hadirnya Michael Corner bersama Cho. Kereta mulai berjalan dan Cho bersama Marietta -yang memakai topi penutup wajah- menyusuri koridor, mencari kompartemen kosong.
Di salah satu kompartemen dia menatap Harry yang sedang bermain catur sihir bersama Ron Weasley. Cho menatap Harry dan Harry menatap Cho. Mata mereka berdua saling beradu. Cho seakan melihat sesuatu di mata hijau Harry yang terbingkai kacamata bundar. Sesuatu yang berputar cepat. Sesuatu seperti… Cho tidak bisa menjelaskannya. Hal itu terlalu kompleks. Pandangan mereka berdua terpaku selama beberapa detik tapi terasa begitu lama bagi Cho. Tubuhnya serasa berada dalam perapian, seperti sedang bepergian dengan bubuk Floo, ketika mata hijau Harry menatap Cho dari dalam kompartemen yang terhalang jendela kaca.
Cho tersadar di situ ada Ginny Weasley. Cho segera melanjutkan berjalan bersama Marietta. Akhirnya, mereka menemukan kompartemen yang kosong di bagian lain kereta.
“Bagaimana wajahku tadi? Apakah aku terlihat merana?” bisik Cho pada Marietta.
“Bukan. Bukan merana. Kau merona, Cho.”
“Merona?” pikir Cho.
Beban pikiran yang buruk tentang Harry tiba-tiba menghilang seakan menguap begitu saja ketika sesuatu yang berputar di mata Harry menatap Cho. Rasanya ringan setelah perasaan berputar aneh tadi. Cho menghabiskan perjalanannya mencari jawaban atas semua ini.
Belum juga Cho menemukan jawabannya, Michael Corner sudah berdiri di pintu kompartemen. Cho mendekatinya dan membuka pintu kaca penghalang. Michael memegang kedua tangannya. Mata mereka beradu. Cho merasa seperti ketika ia dan Harry berdua di bawah mistletoe. Rasanya Marietta dan seluruh dunia menghilang dari kedua sejoli, Cho dan Michael.
“Kirim burung hantu padaku tiap hari selama musim panas ini.” kata Michael dengan mesra.
“Tentu saja.” kata Cho dengan manja.
Kereta berhenti. Michael melepas tangan Cho dan bergegas menuju pintu keluar. Ia melambaikan tangan pada Cho.
“Sampai jumpa September nanti!” kata Cho.
Michael mengangguk. Cho dan Marietta berjalan keluar kereta. Mereka berdua mengucapkan salam perpisahan pada sahabat-sahabatnya. Mr dan Mrs Chang sudah menunggunya di luar peron sembilan tiga perempat. Cho melambai pada Marietta yang sedang menghampiri Madam Edgecombe dengan takut-takut.
Ketiga keluarga Chang berjalan keluar stasiun. Angin musim panas berhembus sepoi-sepoi. Membawa beban pikiran Cho selama ini. Michael Corner sudah meninggalkan stasiun. Kegalauan Cho karena insiden putusnya dirinya dengan Harry menguap begitu saja. Tergantikan oleh kehangatan hati dari Michael Corner.
Musim panas kali ini akan terasa hangat dan sepoi-sepoi. Summer breeze bagi Cho.