Aku, di Olympus (baca: Puncak Lamunan) ku

Pada malam bersama cahaya bulan dan kilauan bintang
Aku berjalan perlahan dan menanjak menuju sesuatu, Olympus ku
Berbekal diriku yang biasa dan tanpa keistimewaan apapun ini
Karena tak ada sepasang mata pun yang menatapku sekarang

Di masa laluku, aku terbiasa berpikir tentang berbagai hal
“Apakah yang ada di puncak tertinggi itu?”, tetapi
Kini aku tak pernah teringat akan berbagai hal itu lagi
Mungkinkah karena usiaku yang beranjak meninggalkan masa remaja?

Selalu disampingku, ketidakpastian hidup senantiasa menemani
Kegelisahan yang ditinggalkan manusia lain padaku

Aku tidak memahami apa pun tentang pertemuan di waktu itu
Hanya menampakkan wajah dan penampilan dewasa semata
Lalu kemudian muncul suatu perasaan yang tidak kusangka
Dan akhirnya aku semakin larut dalam ketidaktahuanku

Cinta bukanlah hal yang menjadi andalanku
Selalu menyisakan raut sedih di wajahku
Momen-momen ini yang hanya membuat luka
Dan meninggalkanku di gelap dan dinginnya malam

Bahkan bumi yang kupijak saat ini pun
Seakan bertindak dingin kepadaku
Jejak yang kau tinggalkan menyadarkanku
Bahwa kau pernah sampai di Olympus itu
Namun kau melupakannya

Cinta hanyalah menambah beban hidupku
Mengubahku menjadi bukan diriku
Rasa sakitnya seakan mendorong hatiku
Berkelana tanpa arah dan tujuan

Di puncak Olympus ku ini, aku sendiri
Bahkan ditinggalkan sendiri pun ku tak mengapa
Ku tatap bintang-bintang yang menemaniku kini
Namun mereka berada di suatu tempat
Yang tak akan pernah bisa kugapai

Saat aku sendiri, aku dapat menjadi apa yang kumau
Seandainya aku mampu pun, aku tetap tak mau pergi dari sini

“I’m here, in the top of my delusion. I’m alone, but I’m alright.”