Kalau aku jadi lilin: If I were a candle

Dulu di zaman sebelum ada lampu, lilin dan kawan-kawan pelita lainnya akan menjadi yang pertama dicari saat gelap datang. Tapi di antara geng pelita, penyadur cahaya ini, rasanya lilin jadi one of a kind. Kenapa? Karena sepertinya lilin jadi satu-satunya yang menerapkan prinsip self-destruction. Widih, serem abiez.

Obor, lampu petromaks, dan lampu minyak tanah akan membakar bahan bakarnya sampai habis dan menghanguskan sumbunya sampai ujung. Tapi selongsong badan yang membungkusnya tidak mereka bakar. Bambu di obor, bodi lampu petromaks dan lampu minyak tanah akan tetap ada meskipun minyak dan sumbunya habis.

Nah, lilin? Udah sumbunya hangus, badannya meleper ke mana-mana lagi. Awalnya bagus, ramping, tinggi, mulus. Setelah dinyalakan, tengahnya gosong, badannya meliuk, meleleh, meleler kemana-mana, tidak berbentuk. Cahayanya sampai meskipun raganya terkoyak.

Sampai nanti akhirnya sumbu itu terbakar sampai dasar. Raga lilin yang tadinya tinggi memanjang sudah mengalir ke kiri kanan dan membeku. Jadi lilin baru yang tidak bisa dibakar. Kecuali ada yang mau mengumpulkan, melelehkan, dan mencetaknya ulang dengan sumbu baru. Membantu lilin itu terlahir kembali jadi lilin yang baru dan siap dibakar lagi, entah untuk berapa kali lagi.

Kalau memang benar daun yang jatuh tidak pernah membenci angin, lantas apakah benar lilin yang habis meleleh tidak pernah membenci api yang membakar hangus sumbunya?

Entah. Kita juga tidak pernah secara langsung bertanya pada daun yang jatuh ‘kan? Siapa tahu sebenarnya dia membenci angin. Satu lagi kesombongan manusia, menetapkan sesuatu hanya karena ia punya pikiran. Berasumsi. Kita juga tidak tahu persis, apakah lilin membenci api yang membakar habis tubuhnya.

Tapi kalau aku jadi lilin itu, belum kuputuskan apakah aku mau membenci api atau tidak. Yang aku tahu, hari ini aku lelah. Lilin itu mungkin telah letih, membakar diri seharian, menyediakan cahaya keremangan hanya untuk menatap iri pada terang lampu listrik di langit-langit. Karena selalu ada manusia yang menghargai yang gemilang dibanding yang temaram. Karena semua orang lebih suka dimandikan cahaya terang dibanding yang remang-remang. Jadi, kalau sumbunya sudah sampai di dasar, tolong jangan nyalakan lagi.

Lilin yang ini sedang tidak ingin dilelehkan lagi dan ditanam sumbu baru. Biarkan saja dia menetes ke ujung meja dan lalu membeku. Dia hanya butuh istirahat sebentar sebelum kalian bakar lagi sumbunya. Dia hanya butuh mendinginkan diri barang sebentar sebelum temaramnya kalian lupakan dengan terangnya lampu listrik di atas sana.