Kamu yang Nyata dan Semu

Angin bersiul kencang hingga seakan berteriak
Mengabarkan pada semua orang rahasia terdalamku
Senja tiba dan membiarkan hari ini terkoyak
Dan dimana geranganmu, aku tak tahu

Perlahan melangkahi jejak masa laluku, satu persatu
Dalam sendiri aku berjalan dan tetap mencari
Tanpa sadar aku tersesat dan terdiam membatu
Apakah ini di dalam pikiranku? Sebuah labirin?

Dinding-dinding batu tinggi dan keras
Seakan memisahkan sosokku dan sosokmu
Keringat dingin dari tubuhku mengucur deras
Semak belukar menyesakkan dadaku

Memoir dan apapun ingatan bersamamu
Aku berharap mereka bernafas dan berkisah
Tentang bintang di langit malam itu
Yang kilaunya sama dengan air mata yang kini membuncah

Tak seperti kata mereka
Karena ini tak nyata
Sebuah penyesalan
Tidak terkatakan

Semakin ku mencari
Semakin ku menegerti
Semua ini fana
Tapi juga nyata

Jika kita bertemu pun, belum tentu pikiranku akan terkuak
Kini aku masih berputar dalam peliknya duniaku
Angin sore kembali berteriak
Membuatku tak bisa beranjak
Benarkah angin sore itu?
Ataukah itu kamu?

Jika kita benar-benar bertemu, aku mungkin tak akan menyerah pada takdirku
Saat kau tersesat dalam duniamu, aku akan mencarimu
Angin malam mulai berteriak
Membiarkan perasaannya terkoyak
Saat langit menjadi sepenuhnya gelap
Mataku kembali terlelap

Dalam mimpiku, aku berkata padamu,
“Jangan sampai kamu tersesat dan sendiri. Jika sampai itu terjadi, ajak aku. Ajak aku tersesat bersamamu.”

Tapi, nyatakah dirimu?