Si burung kecil

Si burung kecil
Rajin mencicit dalam sarangnya
Setiap pagi menjelang
Dimandikan hangatnya matahari pagi

Si burung kecil
Selalu menggigil dalam sarangnya
Setiap hujan mengguyur
Dibasuh air di antara dedaunan

Si burung kecil
Tak pernah lupa mendongakkan kepalanya
Setiap hati dengan mata kecilnya
Menatap langit yang kadang biru kadang kelabu

“Kapan aku bisa pergi ke sana?”

Hingga waktunya tiba
Burung kecil sudah mampu mengepakkan sayapnya
Sedikit terlambat dibanding yang lainnya

Kini,
Dengan mata kepalanya ia melihat sendiri birunya langit
Hijaunya pepohonan dan birunya laut di bawah sana
Ia takjub

Kini,
Dengan tubuh kecilnya ia merasakan sendiri
Dingin dan kencangnya terpaan angin
Semakin tinggi ia terbang, semakin kencang angin meniupnya
Angin lembut semilir yang mengelus bulunya setiap pagi dulu
Tidak lagi terasa lembut dan menenangkan

Kini,
Langit luas yang dulu ia tatap setiap pagi
Terasa amat luas untuk tubuhnya yang kecil
Birunya, terangnya matahari di sana
Terlampau menyilaukan untuk matanya yang kecil

Sekarang
Burung kecil itu masih mengepakkan sayapnya
Walau terkadang hujan turun
Walau kadang ia lelah
Ia masih di sana
Karena ia tak tahu mau ke mana


“Apakah langit luas ini terlalu luas untukku?”
Siapa yang bisa menjawabnya?