Hai, untuk kamu…

Hai, kamu si penggambar masa depan.

Aku tahu, kau tak pernah ingin menuliskan kisahku dalam hikayat yang kau ceritakan.

Aku mengerti, mengapa tak sedetik pun kau ingin melukiskan waktuku yang telah berlalu itu.

Tapi kau tak pernah tahu bagaimana aku terus berjalan tertatih di dalam anganku sendiri.

Dan kau tak pernah mengerti bagaimana lukaku yang ingin kubuang dari dalam lamunanku sendiri.

 

Hai, kamu sang pelangi di masa muda.

Ku kira semua orang berhak mewarnai kehidupannya sebagaimana yang dia kehendaki.

Tapi mengapa warnaku selalu memudar?

Mengapa kehidupan selalu berlari saat aku ingin mewarnainya dengan warna-warni yang indah?

Tahukah kau mengapa?

 

Hai, kau si angin pengelana.

Kembalikan aku ke sisi lain perjalanan waktu yang pernah kujalani.

Saat aku berjalan di antara gumpalan awan, saat aku bahagia.

Saat aku percaya masa depanku tak akan seperti ini.

 

Oh, hati kita tumbuh di ladang yang berbeda,

dan padi di petak sawah yang berbeda tak akan mempunyai akar yang sama, kan?

 

Aku terjebak

Aku mencari cahaya

Namun cahaya yang kucari tersembunyi oleh silaunya mentari.

 

So, why?