Seperti Kelabu

Sekarang aku tahu jawabnya.

Kau tidak pernah datang kepadaku seperti pelangi.
Atau mungkin kau pernah?

Aku tak tahu.

Yang aku tahu
Kau datang padaku seperti kelabu.
Hitam bukan hitam.
Putih bukan putih.
Hanya kelabu.
Semuanya kelabu.

Aku tak pernah tahu merah atau jinggamu.
Aku tak melihat kuning dan hijaumu.
Aku tak tahu apakah itu biru.
Aku tak pernah mengerti apa beda nila dan ungumu.
Semua tentangmu,
Hanya kelabu bagiku.

Seperti Pelangi

Merah.

Serima dengan gairah. Senada dengan amarah.
Merah mencecap wanginya si mawar merah, candunya sang anggur merah, anyirnya harum darah.
Merah membuncah ketika kelopak mawar merekah dan juga ketika luka menengadah.

Lalu apakah kau datang padaku seperti merah?


Jingga.

Jingga adalah senja yang indah. Menutup siang yang cerah. Membuka malam yang penuh gundah.
Jingga adalah tanda. Tiba masanya kita merebah. Menyandarkan segala lelah. Berkutat dengan seluruh keluh kesah.
Jingga adalah batas.

Lalu apakah kau datang padaku seperti jingga?


Kuning.

Seperti matahari. Penuh dengan harapan akan hari baru.
Seperti Himawari, si bunga matahari. Penuh dengan janji akan kebaikan hati.
Seperti bulir padi. Penuh dengan rasa syukur akan penantian.
Kuning itu ceria. Kuning itu berharap. Kuning itu janji. Dan kuning itu penantian.

Lalu apakah kau datang padaku seperti kuning?


Hijau.

Hijau layaknya tanda kehidupan. Terjaga dalam sejuknya dedaunan dan gemerisik rerumputan.
Hijau layaknya sebuah penenang. Bagai mata air di padang pasir atau sekadar rindang pohon di hari yang terik.
Sesederhana itu warna hijau.

Lalu apakah kau datang padaku seperti hijau?


Biru.

Biru warna yang besar. Kau bisa melihatnya seluas langit. Atau seluas lautan. Atau seluas langit dan lautan.
Biru yang mengharu. Sekali dulu aku ingin menenggelamkan diriku dalam tenangnya si biru. Ah, sejuta kata tak habis rasanya jika bicara biru.

Lalu apakah kau datang padaku seperti biru?


Nila dan Ungu.

Semu. Taksa dan rancu. Tak bisa aku katakan mana nila mana ungu. Mereka berdampingan dan mereka ambigu.
Orang bilang nila itu semu, yang ada hanya ungu. Tapi yang lain bilang nila yang merusak sebelanga susu.
Jadi apakah nila bukan ungu? Ataukah mereka memang semu?
Entah, aku tak tahu.

Lalu apakah kau datang padaku seperti nila dan ungu?


Tidak. Kurasa tidak.
Kau datang padaku seperti pelangi.
Kau datang padaku bersama semua yang tergambar dalam pelangi.
Kau datang padaku saat hujan. Bertahan sebentar untuk singgah.
Lalu hujan berhenti dan kau pun pudar.

Lalu apakah aku akan menunggu hujan agar kau kembali?
Tidak. Kurasa tidak.
Karena bukan hujan saja yang membuat pelangi.
Ada matahari cerah di seberang sana.
Dan itu yang akan kunanti.

The last: Yang tak pernah terdengar

Kau tidak pernah tahu rasanya
Menjadi aku
Menjalani kisahku
Mencecap sekelumit lukaku
Kau tidak pernah tahu
Kau tidak pernah peduli
Barang sedikit pun tidak

Kau tidak pernah tahu rasanya
Jatuh
Terjerembab
Dihisap lumpur pekat
Kau tidak pernah tahu
Kau tidak pernah mau tahu
Terpikir barang sedetik pun tidak

Kau tidak pernah tahu rasanya
Menjadi nomor dua
Menjadi nomor tiga
Menjadi yang kesekian
Hingga ujungnya dilupakan
Kau tidak pernah tahu
Kau tidak pernah sadar

Kau tidak pernah tahu rasanya
Menjadi aku yang sendirian
Ditinggalkan
Si hitam yang tak menyenangkan
Akhirnya dicampakkan
Hingga akhirnya digantikan
Kau tidak pernah tahu
Kau tidak akan pernah tahu

Kau tidak pernah tahu rasanya
Dipenuhi ego
Meminta ini dan itu
Mencari damai dalam diam
Kau tidak pernah tahu
Karena kau tidak pernah bertanya
Dan aku tidak pernah berkata

Kau tidak pernah tahu rasanya
Inginnya membuka diri
Namun tembok tinggi menghalangi
Tembok yang kau bangun sendiri
Lalu kembali bersembunyi
Kau tidak pernah tahu
Hidupku hanya abu-abu
Kau tidak pernah tahu

Kau tidak pernah tahu rasanya
Terkubur
Terinjak
Berteriak tanpa suara
Tidak ada yang bertanya
Kau tidak pernah tahu

Kau tidak pernah tahu rasanya
Perihnya
Sesaknya
Tenggelam dalam kebodohan
Menyesal atas kenaifan
Muak atas kemunafikan
Kau tidak pernah tahu
Karena kau tidak pernah mau tahu

Kau tidak pernah tahu rasanya
Menjadi sia-sia
Merasa tak berguna
Karena kau adalah rahasia
Dan aku tak ada dalam rencana
Aku si kesalahan
Kau tidak pernah tahu


Karena hidupmu hanya mencari cahaya
Dan aku hanyalah gelapnya si hitam
Yang selamanya menjadi bayangan

Bayangan yang tak pernah pergi
Bayangan yang tak pernah bisa pergi
Bayangan yang tak pernah kau ingat
Bayangan yang tak kan pernah kau ingat

Aku mengatakannya sekali
Dan aku tak akan pernah mengatakannya lagi.
Jadi dengarkan,
Sebelum kau menyesal.